Fundamental Berbisnis

Kalau kamu ingin berbisnis karena ingin cepat kaya, bisa kerja fleksible dan lebih punya banyak waktu luang, baiknya singkirkan jauh – jauh keinginanmu. Apalagi cuma sok-sokan pengen dipanggil bos.

Berbisnis itu kamu harus mikir bagaimana bisa menggaji dirimu sendiri dan orang lain secara bersamaan. Kadang kamu harus rela dapat duit sedikit bahkan nggak dapat sama sekali asal karyawanmu bisa dapat gaji dan bisnis tetap running. Kalau nggak mau ngegaji orang, ya kamu mesti kuat buat ngerjain semuanya sendiri. Bangun lebih pagi, tidur pagi pula alias tidur sebentar saja. Kalau karyawan kerja 8 Jam sehari, lembur paling 4 Jam, maka kamu bisa kerja 20 Jam bahkan mimpi pun juga tentang bisnis.

Bisnis itu bukan cara agar orang bisa jadi kaya raya, hidup senang, mati masuk surga. Banyak orang kaya tapi profesinya bukan pebisnis, banyak orang mulia meski tidak jadi pengusaha. Pebisnis tidak berbeda dengan profesi lain. Ada tantangan, ada pula kenikmatannya. Ada resiko, ada juga keuntungannya. Tidak menjanjikan kesuksesan instan, juga tidak keabadian. Berbisnis itu filosofinya juga sama dengan bertani, proses menanam harus dijalani. Butuh waktu yang tidak sebentar untuk tumbuh. Tanpa benih yang baik, akar yang kuat, perawatan yang baik, bisnis pun tumbuh tidak sehat dan tak lama akan mati.

Memulai bisnis tidak cukup dengan ilmu bisnis tetapi spiritual dan mental justru jadi pondasi utamanya. Kalau bisnis karena ngejar kaya, jangan kaget kalau kita bisa kaya dalam sekejap tapi juga bangkrut dalam sekejap. Kalau sekedar untung yang ingin didapatkan, hati-hati akan terjebak pada jalan segala cara. Apa pun akan dilakukan demi untung, meski dengan cara ‘buntungin’ orang lain.

Saya merasakan sendiri bagaimana bergelut di dunia bisnis tak semudah menggoreng tempe. Ada banyak tawaran menggiurkan yang menjanjikan kesuksesan materi, tapi konsekuensinya kita harus melakukan berbagai cara bahkan melanggar etika. Beberapa contohnya seperti, melebih-lebihkan kebaikan produk padahal produk banyak cacat. contoh lain seperti promosi dengan teknik limited stok palsu. Sebenarnya stok masih banyak, tapi dikatakan kalau stok terbatas. Pembeli dibuat terdesak agar segera membeli. Hal semacam ini nampaknya sepel, tapi sebenarnya ini termasuk berbohong.

Buat saya, prinsip berbisni yang benar adalah sesuai dengan yang dicontohkon Rasulullah, kejujuran. Biarkan orang membayar selayaknya harga dan keridlaan. Orang yang tidak punya uang banyak untuk membayar produk mahal, akan memutuskan untuk membeli yang murah. Tentu sudah paham bahwa barang yang didapatkan tidak akan baik kualitasnya. Sedangkan yang punya daya beli tinggi, tentu akan lebih selektif dalam membeli sesuai kualitas yang diinginkan. Tidak ada cacat atau kejelekan produk yang harus ditutup-tutupi apalagi dipalsukan. Baik penjual maupun pembeli harus sama-sama tahu kelebihan dan kekurangan produk yang diperjual-belikan. Sepertinya akan rugi, tapi sebenarnya kekuatan jual beli, yaitu kepercayaan.

Buat saya, prinsip berbisni yang benar adalah sesuai dengan yang dicontohkon Rasulullah, kejujuran. Biarkan orang membayar selayaknya harga dan keridlaan. Orang yang tidak punya uang banyak untuk membayar produk mahal, akan memutuskan untuk membeli yang murah. Tentu sudah paham bahwa barang yang didapatkan tidak akan baik kualitasnya. Sedangkan yang punya daya beli tinggi, tentu akan lebih selektif dalam membeli sesuai kualitas yang diinginkan. Tidak ada cacat atau kejelekan produk yang harus ditutup-tutupi apalagi dipalsukan. Baik penjual maupun pembeli harus sama-sama tahu kelebihan dan kekurangan produk yang diperjual-belikan. Sepertinya akan rugi, tapi sebenarnya kekuatan jual beli, yaitu kepercayaan.

Pembeli mungkin tidak terlalu puas dengan produk kita, tapi mereka akan menghargai komitmen dan kejujuran kita. Ini adalah customer service tingkat tinggi yang menghasilkan kepuasan pelanggan. Tidak ada yang perlu ditakuti dari bisnis dengan kejujuran. Setiap bisnis ada resikonya, kalau pelanggan pergi, itu berarti ada yang harus dievaluasi dari bisnis kita. Itu adalah hal positif untuk mendorong kita lebih maju. Toh, rezeki juga tidak akan tertukar.

 

Hal juga tak kalah penting dalam proses bisnis adalah fundamental spiritual kita. Berbisnis untuk siapa dan dengan cara bagaimana. Kita jual beli tidak saja dengan manusia, tetapi dengan Allah. Kita mendapatkan uang dari manusia, tapi sebenarnya pemilik dan pengiriman adalah Allah. Jadi, kalau ingin bisnis kita lancar, perbaiki hubungan dengan pemilik rezeki. Cari cara bagaimana pemilik rezeki senang dengan bisnis kita, mau berdagang dengan kita, mau membayar kerja kita. Kalau pemilik rezekinya saja kita abaikan, bagaimana untung bisa turun. Kejar profitnya, tapi jangan lupakan berkahnya.

Leave a comment

Blog at WordPress.com.

Up ↑